Penulis: Yuko Saito*
KOMPAS.com - Tingkat penggunaan perangkat mobile telah meningkat pesat di seluruh dunia. Sangatlah jelas bahwa smartphone saat ini lebih dari sekadar perangkat, dan sudah menjadi gaya hidup. Tidak terkecuali Indonesia yang merupakan bagian dari tren ini.
Didorong oleh peningkatan pelanggan mobile broadband, penetrasi internet di Indonesia diperkirakan meningkat dari 55 juta pengguna di tahun 2012 menjadi 125 juta pengguna pada tahun 2015. Dengan tingkat penetrasi smartphone yang meningkat dari 15 persen pada tahun 2012 menjadi 28 persen pada 2014 dan 50 persen pengguna internet yang ada di Indonesia sudah mengakses web melalui smartphone, tidaklah mengherankan bahwa total belanja online di Indonesia diperkirakan akan meningkat menjadi US$ 10 miliar pada 2015.
Belanja online saat ini telah tumbuh dan berkembang bukan hanya di perangkat, tetapi juga dalam berbagai platform, meningkat dari mobile web menjadi aplikasi mobile. Namun, disamping pertumbuhan dramatis dari jumlah pengguna web dan belanja e-commerce, total belanja iklan digital dan mobile di Indonesia yakni sebesar US$ 240 juta pada tahun 2013 adalah salah satu yang terendah di kawasan Asia-Pasifik.
Untuk tetap bisa mengikuti konsumen serta bertahan di persaingan regional, sangatlah penting bahwa peritel dan pengiklan di Indonesia untuk mengadopsi teknologi mobile sebagai saluran pemasaran yang harus dilakukan.
Tertarik untuk menggeluti dunia iklan mobile? Berikut lima tips sederhana untuk memulai:
1. Ciptakan sebuah pengalaman yang bersifat personal
Para konsumen yang merasa bahwa mereka sedang diperlakukan secara personal cenderung lebih puas dengan pengalaman mereka dan lebih cenderung untuk tetap setia. Ketika konsumen melihat iklan produk yang relevan untuk mereka, disampaikan pada waktu dan pada platform yang tepat, mereka lebih cenderung untuk membeli produk dan bertahan sebagai pelanggan setia.
Bagi peritel, targetkan iklan online pada konsumen yang tepat untuk memastikan bahwa anggaran berjalan dengan optimal. Menciptakan sebuah pengalaman personal bagi konsumen mobile dapat dibuat menjadi lebih sederhana dan efektif dengan solusi analisis yang kuat yang mampu melakukan konsolidasi data pelanggan sehingga memungkinkan para peritel untuk menyesuaikan iklan yang bersifat personal untuk memenuhi kebutuhan dan kebiasaan pelanggan.
2. Jalin hubungan dengan konsumen melalui aplikasi mobile
Konsumen semakin hari semakin mencari pengalaman belanja yang terintegrasi termasuk menggunakan kanal digital. Sebuah studi terbaru oleh PwC mengungkapkan bahwa pembeli menggunakan perangkat mobile untuk memeriksa harga dan ulasan ketika mengunjungi toko konvensional yang menyediakan pertemuan langsung antara penjual dengan pembeli dan menghabiskan rata-rata 15 menit dalam melakukan kunjungan untuk setiap satu toko konvensional. Studi yang sama juga mengungkapkan bahwa konsumen bahkan melakukan pembelian dari aplikasi mobile yang tidak terafiliasi sambil melihat produk yang sama di pusat perbelanjaan konvensional.
Untuk menghindari pendapatan mereka 'dibajak' oleh aplikasi mobile e-commerce yang tidak terafiliasi, para peritel dan pengiklan harus mempertimbangkan untuk berinvestasi pada aplikasi merek mereka sendiri dengan mengkombinasikan 'store mode'. 'Store mode’ mencakup fitur-fitur seperti store map yang dinamis, kemampuan untuk menampilkan lokasi produk yang tepat, dan tahapan yang paling efisien untuk memenuhi daftar belanja. Hal ini juga memberikan wawasan pelanggan untuk para pelaku ritel dan memberikan konten secara personal berdasarkan data akumulasi dari daya beli, perilaku pembelian di masa lalu, dan lokasi pembeli di dalam toko.
Pelaku ritel yang mengembangkan aplikasi dengan 'store mode' akan merasakan jalinan hubungan dengan para pelanggan dan mengalami peningkatan penjualan lima kali lebih tinggi. Ketika toko konvensional memenuhi kebutuhan mobile, jalinlah hubungan dengan konsumen baik online dan offline ketika mereka sedang dalam proses mengambil keputusan pembelian sehingga dapat meningkatkan kemungkinan konsumen untuk membeli produk langsung dari merek tersebut.
3.Menjangkau dengan kemampuan real-time
Dengan rata-rata pemakaian smartphone di Asia Tenggara yang menghabiskan lebih dari tiga jam per hari dalam menggunakan smartphone, berkutat dalam aplikasi chatting, jejaring sosial, games dan multimedia, peritel yang tertarik untuk mengikuti konsumen mobile akan mendapatkan keuntungan dengan memiliki alat yang memiliki kemampuan real-time.
Sebuah alat dengan kemampuan real-time dan didukung oleh predictive software algorithms memungkinkan alat tersebut untuk berpikir dan bertindak atas nama pengiklan dan secara intuitif menampilkan rekomendasi produk yang paling relevan. Hal ini dilakukan dengan memberikan kinerja display ads yang terpersonalisasi melalui pemberian data yang real-time melalui iklan online atau iklan in-app banner yang sebelumnya telah dibeli. Kinerja real-time memungkinkan para pemasar untuk menjangkau pengunjung sementara merek tersebut masih menjadi top of mind.
4. Mengadopsi pendekatan yang terintegrasi
Secara historis, search marketing yaitu sebuah proses untuk mendapatkan tingkat perputaran dan visibilitas mesin pencari, baik berbayar ataupun tidak, telah menjadi cara yang paling hemat dan dapat diandalkan bagi pemasar untuk menghasilkan pelanggan baru dan penjualan. Namun, lima belas tahun pertumbuhan di industri telah menciptakan kejenuhan pasar yang signifikan dimana investasi tambahan dalam search marketing sering tidak memberikan return yang sesuai. Selain itu, konsumen hanya menghabiskan lima persen dari waktu pencarian online mereka dan hanya 13 persen pengguna online yang pada hari tertentu melakukan permintaan pencarian terkait dengan belanja.
Munculnya iklan performance display yang terpersonalisasi telah memberikan pemasar sebuah cara untuk menjangkau konsumen, bahkan ketika mereka tidak menggunakan mesin pencari. Penelitian dari Criteo telah menunjukkan bahwa ketika iklan performance display dikombinasikan dengan search marketing, frekuensi pencarian yang berhubungan dengan permintaan belanja meningkat sebesar 28 persen. Untuk hasil terbaik dalam meningkatkan eksposur pengguna smartphone terhadap merek tertentu, kampanye iklan harus diintegrasikan dan dioptimalkan pada search dan display di berbagai perangkat mobile.
5. Menciptakan hasil yang terukur dan memiliki relevansi dengan bisnis
Di samping mengumpulkan informasi tentang preferensi pelanggan dalam menjelajah dunia online pelanggan, penting juga bagi pemasar untuk memiliki proses yang efektif dalam mengevaluasi tingkat ROI terhadap strategi iklan. Pengukuran top-line seperti jumlah tayangan dan klik, tidak dapat mengukur kompleksitas tingkah laku pelanggan sebelum melakukan pembelian. Sebuah studi global oleh Fournaise melaporkan bahwa 58 persen dari pemasar hanya fokus pada 'likes' dan 'klik' ketika mengukur tingkat ROI terhadap biaya pemasaran yang telah dikeluarkan. Pemasar juga harus memperhatikan metrik dalam memberikan wawasan yang lebih dalam, seperti average order values dan tingkat konversi.
Average order values dan tingkat konversi memungkinkan pemasar untuk melakukan segmentasi pelanggan online ke kategori yang berbeda-beda berdasarkan berapa banyak mereka habiskan ketika mereka mengunjungi situs. Melalui alat analisis data yang tepat, pemasar dapat menguji strategi iklan mobile pada tingkat granular untuk melihat apakah iklan mereka dapat menarik para pelaku online, mengubah pelaku online untuk meng-klik iklan pemasar dan akhirnya mengkonversi mereka menjadi pelanggan.
Tampaknya ada beberapa sikap skeptis di industri, pelaku ritel dan pengiklan belum mengganggap teknologi mobile sebagai saluran pemasaran yang sesuai. Tapi statistik dan studi menunjukkan bahwa tren smartphone akan tetap bertahan dan tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan. Tidak ada waktu yang lebih baik dari sekarang untuk pelaku ritel dan pengiklan dalam mengambil keuntungan dari kebangkitan luar biasa ini dalam menggunakan perangkat mobile dan merealisasikan peluang ini untuk menciptakan bisnis mobile.
Read More